Download Film, MP3, Sofware, Ebook, Gratis, Cerita Lucu,/h1>

SELAMAT DATANG DI BLOG SEDERHANA INI. BLOG INI TEMPAT CURHAT YANG KREATIF, IMAJINATIF, SEKALIGUS INOVATIF. FUNGSINYA BISA MACAM-MACAM. TERUTAMA SEKALI ADALAH SEBAGAI MEDIA UNTUK BELAJAR. BELAJAR MENULIS, BELAJAR UNTUK PEKA. PEKA PADA DIRI DAN SEKITAR KITA. PUNYA KRITIK DAN SARAN, SILAKAN KIRIM VIA EMAIL KE: banggaheriyanto@gmail.com

Thursday 29 May 2014

Bravo, Metro!

Acara talkshow "Mata Najwa" Rabu (28/5) malam itu di Metro TV sungguh menunjukkan kelasnya. Kesan keberpihakan Metro TV terhadap salah satu pasangan capres-cawapres, seperti banyak dikeluhkan sebagian pihak, seketika luntur karena untuk masing-masing kubu disediakan waktu dan tempat yang sama secara proporsional. Prinsip dasar jurnalistik, cover both side, coba dipegang teguh oleh si host jelita, Najwa Sihab.


Tidak hanya keberimbangan, Najwa juga tampak tajam dan cerdas ketika mengajukan pertanyaan. Bahkan untuk pertanyaan sensitif, yang kadang membuat nara sumber terlihat sekilas menarik nafas sesaat sebelum menjawab. Eloknya lagi, nara sumber tak terlihat tidak senang ketika ditanya, pun ketika mereka menjawab. Semuanya senang. Tontonan itu jelas memiliki nilai strategis di mata tokoh-tokoh penting, sebut misalnya Anies Baswedan dan Mahfud MD yang malam itu menjadi nara sumber pembuka, karena mereka percaya keterangan yang diberikan takkan sia-sia.

Satu lagi, melalui tayangan itu, isu-isu hangat yang selama ini hanya menjadi rumor, terkonfirmasi langsung oleh yang bersangkutan. Contohnya, pada tayangan malam itu, Mahfud MD menjelaskan kronologi kenapa beliau "menyeberang" ke poros Prabowo-Hatta yang tidak didukung PKB, partai yang semula menggadang-gadangnya sebagai cawapres; dan Anies Baswedan yang secara rinci menerangkan alasan dirinya lebih memilih duet Jokowi-JK.

Namun tetap saja, sebagai media, Metro TV memiliki kekuatan untuk menerapkan salah satu teori dasar komunikasi massa, yaitu Agenda Setting, di mana ia dapat leluasa menentukan kemana arah pesan yang hendak disampaikan.

Misalnya, terlihat pada pemilihan nara sumber di segmen akhir, yaitu Adian Yunus Yusak Napitupulu, caleg terpilih dari PDIP dapil Jabar I, dan Ahmad Yani politisi PPP yang tahun ini gagal ke Senayan.

Kedua nara sumber itu, buat saya tidak apple to apple saat membela "jagoannya" masing-masing. Misalnya, ketika Adian "menyerang" Prabowo, Yani tak tampak antusias memotong atau menyela serangan itu. Yani lebih banyak diam, dan hanya menimpali ketika ia dipersilakan Najwa. Ini bisa jadi karena Yani bukan kader Gerindra, maka ia hanya setengah hati membela sosok Prabowo. Debat akan berbeda bila Metro TV juga menampilkan kader Gerindra guna menghadapi Adian yang merupakan kader PDIP militan.

Meski begitu, tetaplah tayangan "Mata Najwa" malam itu sungguh menghibur (to entertaint), sekaligus mendidik (to educate) dan mempengaruhi (to influence). Menonton tayangan itu, saya seperti balik ke kampus. Terlebih ketika Anies Baswedan, sang Rektor Universitas Paramadina, rektor termuda Indonesia, peraih penghargaan 100 Tokoh Inteletual Muda Dunia dari Majalah Foreign Policy, anugerah Young Global Leader dari The World Economic Forum, dan Yashuhiro Nakasone Award, berujar, "Lawan diskusi adalah teman berpikir". (BHY)

0 comments :

Post a Comment