Download Film, MP3, Sofware, Ebook, Gratis, Cerita Lucu,/h1>

SELAMAT DATANG DI BLOG SEDERHANA INI. BLOG INI TEMPAT CURHAT YANG KREATIF, IMAJINATIF, SEKALIGUS INOVATIF. FUNGSINYA BISA MACAM-MACAM. TERUTAMA SEKALI ADALAH SEBAGAI MEDIA UNTUK BELAJAR. BELAJAR MENULIS, BELAJAR UNTUK PEKA. PEKA PADA DIRI DAN SEKITAR KITA. PUNYA KRITIK DAN SARAN, SILAKAN KIRIM VIA EMAIL KE: banggaheriyanto@gmail.com

Tuesday 8 July 2014

"Nyoblos" Capres Lebih Menarik

Judul posting ini memang rancu ya. Ambigu. Satu kalimat dengan makna ganda. Pertama, kalimat itu dapat berarti sebuah pilihan (atau ajakan?) untuk memilih kandidat capres yang lebih menarik, capres yang punya visi lebih oke, atau capres yang menurut kita terbaik. Kedua, kalimat tersebut bisa bermakna pernyataan bahwa terlibat dalam proses pilpres 9 Juli ini (dengan ikut nyoblos/tidak golput) lebih menarik.

Dan saya, penulis judul itu, akan sedikit membuat terang ambiguitas judul posting ini. Maksud judul posting tersebut adalah, menurut saya terlibat dalam proses pilpres 9 Juli ini (dengan ikut nyoblos/tidak golput) lebih menarik. Lebih menarik dari apa? Tentu saja lebih menarik dari pileg 9 April lalu.

Baru saja saya nyoblos di pilpres 9 Juli ini, bersama istri, dan putri saya yang di usia belum lagi menginjak lima tahun sudah ikut-ikut mau nyoblos katanya. Di keluarga kecil kami, antusiasme pilpres ini memang lebih tinggi. Putri saya itu, tiap kali nonton berita tentang pilpres, selalu mengatakan akan memilih Prabowo Subianto.

Saya tanya kenapa pilih Prabowo Subianto. Malaikat kecil saya itu menjawab polos, "Nama Prabowo Subianto mirip dengan nama ayah," katanya. Dan ia selalu fasih mengeja nama capres putra sang bengawan ekonomi itu. Saya selalu tertawa dibuatnya. Padahal, nama saya dengan Prabowo cuma mirip di empat huruf terakhir nama belakang.

Saya dan istri punya antusiasme yang sama. Kami lebih menyoroti kelucuan yang dipertontonkan oleh Metro TV dan TVOne. Mungkin karena background pendidikan jurnalistik kami maka kami selalu dapat melihat sisi berbeda dari media.

Kembali ke tema posting, kenapa pilpres 9 Juli ini lebih menarik dari pileg 9 April lalu? Memilih pucuk pimpinan lembaga eksekutif, bagi saya, adalah ikhtiar yang sebenarnya untuk memilih pemimpin negeri ini. Merekalah orang-orang yang memiliki program kerja dan akan mengeksekusinya. Meski tak selalu terealisasi, orang-orang ini siap menerima caci-maki dan resiko kebijakan yang dibuat. Meski dibantu sebuah tim, tanggung jawab setiap keputusan akan selalu ditanggung satu orang.

Baru saja saya memilih satu orang itu. Satu orang yang siap dipersalahkan bila nanti kemudi negeri ini melenceng dari haluan. Satu orang yang berkesadaran penuh bahwa ada banyak hal besar disandarkan di pundaknya, dan ia tetap maju, meminta untuk dipilih, dan diharapkan mampu membereskan potensi masalah.

Orang "super" seperti ini harus dicari, bila ada kandidatnya wajib dipilih. Dan di pilpres 9 Juli ini, kita sudah punya dua kandidat. Maka, wajiblah kiranya kita menentukan pilihan.

Pileg 9 April kita memilih wakil rakyat. Kata "aspirasi" laris di kampanye para caleg. Pileg sebetulnya tidak memilih pembawa aspirasi rakyat. Pileg memilih orang yang akan mendebat setiap kebijakan si "orang super" pilihan kita tadi. Pileg memilih orang-orang yang (hanya) pintar bicara, orang-orang yang (hanya) populer, orang-orang yang (hanya) berkantung tebal.

Memilih orang yang saat kampanye pemilihan bukan membayangkan menjalankan program-program kerja, tetapi membayangkan betapa empuknya kursi yang dibayari rakyat dan pekerjaan ringan sebagai "pendebat" pemerintah.

Orang-orang yang katanya mewakili rakyat tetapi menjaga jarak dengan rakyat. Rakyat pun bingung, wakilnya berkelakuan layaknya pemerintah. Singkatnya, fakta-fakta seputar kelakuan negatif anggota parlemen, memberatkan langkah saya menuju bilik suara di pileg 9 April lalu. Inilah alasan kenapa nyoblos capres lebih menarik ketimbang nyoblos caleg. Selamat nyoblos!

0 comments :

Post a Comment