Dikutip dari kemdikbud.go.id, anggaran kurikulum 2013 Rp2,491 triliun. Angka yang fantastis bukan? Bagaimana bila anggaran sebesar itu tidak digunakan untuk mengganti kurikulum yang sejak sebelum diterapkan sudah menuai pro-kontra, dan ketika sudah diterapkan pun hanya menyisakan banyak polemik.
Belum lagi bila kita ingat bahwa mendikbud yang baru, Anies Baswedan, akan mengevaluasi kurtilas (news.detik.com). Satu kata untuk menyebut keadaan ini: mubazir. Apa namanya bila anggaran 2,491 triliun itu kini tak ‘berdampak sistemik’ terhadap kemajuan sistem pendidikan di negeri ini?
Idiom satir ‘ganti menteri ganti kebijakan’ menjadi benar adanya. Tapi sayang, pergantian menteri dan kebijakannya tidak seperti lomba lari estafet, melainkan seperti lari sprint. Masing-masing bernafsu menuntaskan lomba di jarak pendek. Padahal bila kita tahu bahwa kita bekerja hanya dalam rentang waktu tertentu, kemudian akan digantikan orang lain, maka sodorkanlah tongkat estafet itu dengan cara dan keadaan yang benar; demi kemenangan tim, bukan prestasi pribadi.
Bila bukan untuk anggaran perubahan kurikulum, yuk kita berandai-andai uang segede itu bisa untuk apa saja. Sebagai guru TIK dan KKPI, saya mengandaikan anggaran sebesar itu untuk program pengadaan komputer.
Misalkan harga satu unit komputer dengan spesifikasi standar adalah 3.5 juta rupiah. Dengan uang 2.4 triliun, akan terbeli sebanyak 685.714 unit komputer. Jika dibagi dengan jumlah sekolah menengah pertama di Indonesia sebanyak 26.277 sekolah (data.menkokesra.go.id), maka tiap sekolah akan kebagian 26 unit komputer.
Kenapa komputer? Katanya yang menginspirasi kurtilas adalah semangat penguasaan teknologi/saintifik agar bangsa kita tak tertinggal bangsa lain. Menurut hemat saya, penguasaan teknologi hanya akan sukses bila kita punya teknologi itu. Ada alatnya. Ada medianya. Itu bisa dimulai dengan kepemilikan komputer, sebagai sebuah alat yang paling standar sebelum kita bermimpi muluk menguasai teknologi yang lain. Juga, agar anggaran besar itu tidak mubazir, alias terbuang percuma dan sia-sia. (BHY)
0 comments :
Post a Comment